(The 5
Inevitable Laws of Efffective Communication) yang kami kembangkan dan rangkum
dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH,
yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya
adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian,
simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.
Hukum # 1:
Respect
Hukum pertama
dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu
yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling
menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang
lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap
penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan
dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan seseorang. Jika kita
membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati,
maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan
meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara
keseluruhan sebagai sebuah tim.
Bahkan
menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and
Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar
dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur
dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga
mengatakan bahwa "Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan
untuk dihargai." Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan
ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus
dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak
tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat
memuaskan kelaparan hati ini akan menggenggam orang dalam telapak tangannya.
Charles Schwabb, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan Amerika yang mendapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun, mengatakan bahwa aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam membangkitkan antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberi penghargaan yang tulus. Hal ini pula yang menjadi satu dari tiga rahasia manajer satu menit dalam buku Ken Blanchard dan Spencer Johnson, The One Minute Manager.
Hukum # 2:
Empathy
Empati adalah
kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi
oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah
kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum
didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand - understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan Komunikasi Empatik. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.
Rasa empati
akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan
sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Oleh karena
itu dalam ilmu pemasaran (marketing) memahami perilaku konsumen (consumer's
behavior) merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku konsumen, maka kita
dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan
kesenangan dari konsumen. Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya,
misalnya komunikasi dalam membangun kerjasama tim. Kita perlu saling memahami
dan mengerti keberadaan orang lain dalam tim kita. Rasa empati akan menimbulkan
respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang
merupakan unsur utama dalam membangun teamwork.
Jadi sebelum
kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan
memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita
akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari
penerima.
Empati bisa
juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap
menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif. Banyak
sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari
orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi
satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang
merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam kegiatan
komunikasi pemasaran above the lines (mass media advertising) diperlukan
kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau penerima
pesan.
Hukum # 3:
Audible
Makna dari
audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati
berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik
dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh
penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui
media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima
pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media
maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar
pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal
hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat
diterima oleh penerima pesan.
Hukum # 4:
Clarity
Selain bahwa
pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait
dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan
multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Ketika saya bekerja
di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang paling utama dalam
menyiapkan korespondensi tingkat tinggi. Karena kesalahan penafsiran atau pesan
yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak
sederhana.
Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.
Hukum # 5:
Humble
Hukum kelima
dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini
merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa
menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah ,hati yang kita
miliki. Dalam edisi Mandiri 32 Sikap Rendah Hati pernah kita bahas, yang pada
intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer
First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak
sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela
memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan
kepentingan yang lebih besar.
Jika
komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang
efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada
gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh
dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan
jangka panjang yang saling menguatkan.
0 Response to "Hukum Komunikasi Yang Efektif"
Post a Comment
Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar.